Pernahkah Anda mendengar tentang jenis-jenis gaya belajar seperti auditori, visual, dan kinestetik?
Selama beberapa dekade, konsep-konsep tersebut cukup populer dalam dunia pendidikan. Namun, penelitian ilmiah justru tidak menemukan bukti kuat bahwa mengajar sesuai dengan gaya belajar yang disukai dapat meningkatkan hasil belajar secara signifikan.
Sebaliknya, penelitian justru menunjukkan bahwa pendekatan yang lebih efektif adalah dengan menggunakan berbagai metode pengajaran yang beragam, bukan hanya menyesuaikan dengan satu gaya belajar tertentu saja.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai empat gaya belajar dalam Learning Style Inventory yang dikembangkan oleh David Kolb berdasarkan teori pembelajaran eksperiensial.
Divergen: Merasakan dan Mengamati
Individu dengan gaya belajar divergen dapat bekerja lebih baik dalam situasi yang membutuhkan ide-ide baru. Mereka lebih unggul dalam hal melihat situasi konkret dari berbagai sudut pandang.
Penekanan dalam gaya belajar divergen adalah observasi, bukan tindakan. Gaya belajar ini memiliki preferensi terhadap pengalaman sosial-emosional daripada penyelesaian sebuah tugas. Tak heran jika individu dengan gaya belajar divergen memiliki memiliki ketertarikan pada orang lain, mendalami budaya secara meluas, dan senang mengumpulkan banyak informasi.
Mereka cenderung imajinatif dan emosional, serta mahir dalam bidang seni. Dalam pembelajaran, individu dengan gaya belajar divergen lebih suka bekerja dalam kelompok, mendengarkan dengan pikiran terbuka, dan menerima umpan balik yang ditujukan spesifik untuk dirinya.
Asimilasi: Berpikir dan Mengamati
Individu dengan gaya belajar asimilasi cenderung unggul dalam memahami beragam informasi dan merangkumnya secara ringkas dan logis. Kekuatan dari gaya belajar ini terletak pada penalaran induktif dan kemampuan menciptakan model-model teoritis, mengolah pengamatan-pengamatan yang berbeda menjadi suatu penjelasan yang komprehensif.
Gaya belajar asimilasi lebih berfokus pada eksplorasi ide dan konsep abstrak, dengan sedikit perhatian pada interaksi sosial-emosional. Secara umum, individu dengan gaya belajar ini lebih mengutamakan teori yang terdengar logis daripada praktis.
Ketika belajar, individu dengan gaya belajar asimilasi lebih menyukai membaca, mendengarkan ceramah, mengeksplorasi model analitis, dan diberikan waktu untuk berpikir secara mendalam. Gaya belajar ini biasanya sangat efektif untuk seseorang yang berkarir di bidang informasi dan sains.
Konvergen: Berpikir dan Bertindak
Jika individu dengan gaya belajar asimilasi unggul dalam menggali ide dan konsep, individu dengan gaya belajar konvergen unggul dalam menemukan penggunaan praktisnya. Mereka mampu membuat keputusan yang efektif dan efisien terhadap sebuah pertanyaan atau masalah. Gaya belajar ini paling cocok dalam situasi yang menuntut satu jawaban atau solusi yang tepat untuk suatu pertanyaan atau masalah.
Penekanan dari gaya belajar ini adalah penyelesaian sebuah tugas secara produktif daripada pengalaman sosial-emosional. Hal inilah yang menyebabkan individu dengan gaya belajar konvergen lebih suka menangani tugas dan masalah teknis daripada masalah sosial dan interpersonal.
Dalam belajar, individu dengan gaya ini lebih suka bereksperimen dengan ide-ide baru, simulasi, tugas laboratorium, dan aplikasi praktis. Keterampilan gaya belajar konvergen berguna untuk efektivitas dalam karier spesialis dan teknologi.
Akomodatif: Merasakan dan Bertindak
Disebut akomodatif karena individu dengan gaya belajar ini mampu beradaptasi pada kondisi yang berubah secara tiba-tiba. Individu dengan gaya belajar akomodatif mampu belajar dari pengalaman langsung dan sangat menyukai pengalaman baru yang menantang. Gaya belajar ini menekankan pada pencarian peluang, keberanian mengambil risiko, dan tindakan langsung.
Dalam memecahkan sebuah masalah, seorang dengan gaya belajar akomodatif lebih mengandalkan orang lain untuk mendapatkan informasi, daripada analisis mereka sendiri. Mereka cenderung bertindak berdasarkan firasat daripada analisis logis. Tak heran jika dalam situasi di mana teori atau rencana tidak sesuai dengan fakta, mereka kemungkinan besar akan mengabaikan rencana atau teori tersebut.
Individu dengan gaya belajar akomodatif akan lebih senang bekerja dengan orang lain untuk mengerjakan tugas, menyusun tujuan, melakukan pekerjaan lapangan, dan mencoba berbagai pendekatan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Gaya belajar ini cocok untuk karir yang berorientasi pada tindakan, seperti marketing.
Bagaimana dengan Gaya Belajar Anda?
Berbeda dengan konsep yang selama ini mungkin kita pahami, empat gaya belajar dalam Learning Style Inventory (LSI) yang diperkenalkan oleh David Kolb tidak hanya menjelaskan bagaimana individu menerima informasi, tetapi juga bagaimana mereka memprosesnya.
Selain itu, empat gaya belajar di atas tidak berarti mengkategorikan individu secara permanen ke dalam satu gaya belajar tertentu. Sebaliknya, individu dapat bergerak dan beradaptasi antara gaya belajar sesuai dengan situasi dan kebutuhan.
Memahami gaya belajar yang tepat tidak berhenti sampai di bangku sekolah saja. Kita perlu secara konsisten dan sadar mengevaluasi, mengembangkan, dan menyesuaikan gaya belajar yang efektif seiring dengan perubahan kebutuhan dan tantangan.
LPTUI menyediakan layanan konsultasi dengan psikolog pendidikan. Hubungi kami melalui link pendaftaran atau nomor WhatsApp LPTUI Salemba / LPTUI Depok dan temukan metode belajar yang paling efektif untuk Anda.
—
Ditulis oleh: Khadijah Muhdor
Referensi:
Kolb, D. A. (2013). The Kolb Learning Style Inventory 4.0: Guide to Theory, Psychometrics, Research & Applications. Hay Group.
Kolb, D. A. (n.d.). Kolb Learning Style Inventory. Stanford AIM. Retrieved from https://aim.stanford.edu/wp-content/uploads/2013/05/Kolb-Learning-Style-Inventory.pdf