5 Skill yang Penting Dimiliki Asesor Level Menengah

Menjadi seorang asesor bukan hanya perkara menilai orang lain, tetapi juga tentang bagaimana menilai dengan cara yang objektif, sistematis, dan bisa dipertanggungjawabkan. Justru dalam proses asesmen, kemampuan dari asesor sendiri yang menjadi kunci utama. Semakin sering mengikuti pelatihan dan semakin banyak pengalamannya, seorang asesor akan semakin mampu melakukan penilaian dalam berbagai konteks. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa skill penting yang dibutuhkan asesor level menengah, antara lain: 

A. Analisis Kualitas Indikator Penilaian 

Jika asesor level dasar fokus utama adalah menyusun indikator penilaian yang jelas dan operasional, maka pada level intermediate peran asesor diarahkan untuk lebih kritis dalam menelaah kualitas indikator tersebut. Tidak hanya memastikan indikator dapat digunakan, tetapi juga menilai apakah indikator sudah cukup mewakili kompetensi yang hendak diukur serta konsisten dan relevan dengan berbagai konteks asesmen. 

Selain itu, asesor pada level ini juga dituntut untuk melakukan evaluasi berkala terhadap indikator yang ada. Hal ini mencakup meninjau kemungkinan terjadinya salah tafsir, kesesuaian indikator dengan standar kompetensi terbaru, dan kebutuhan untuk memperbarui indikator agar tetap valid dan reliabel. Dengan demikian, indikator yang digunakan tidak hanya praktis secara teknis, tetapi juga dapat dipertanggungjawabkan dari sisi kualitas asesmen. 

B. Analisis Berbagai Tools Asesmen 

Dalam tahap lebih lanjut, asesor dituntut untuk mampu membaca kualitas dan konsistensi hasil antar-tools. Hal ini berarti tidak hanya sekadar menggunakan tes psikometrik, wawancara, simulasi, atau tools lainnya, tetapi juga mengkritisi metodologi dan menilai apakah instrumen tersebut valid, reliabel, dan sesuai dengan kompetensi yang hendak diukur. 

Kualitas asesor level menengah terlihat dari kemampuannya membandingkan hasil yang dihasilkan oleh berbagai metode, mengidentifikasi inkonsistensi serta keterbatasan desain asesmen. Dengan keterampilan analisis ini, asesor mampu memberikan rekomendasi yang lebih tajam dan berbasis bukti, sekaligus menjaga agar proses asesmen benar-benar menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. 

C. Observasi dan Pencatatan yang Akurat  

Meski mengobservasi dan mencatat sering dipandang sederhana, bagi asesor tingkat menengah keterampilan ini adalah fondasi dari keseluruhan proses asesmen. Tantangannya bukan hanya mencatat perilaku secara real-time, tetapi memastikan catatan tersebut sistematis, konsisten antar-asesor, dan siap diolah lebih lanjut. Untuk itu, pemanfaatan berbagai teknik pencatatan seperti skala observasi perilaku, checklist, atau behaviorally anchored rating scales (BARS), menjadi penting agar data yang terkumpul akurat dan terstruktur. 

Selain itu, observasi dapat dilakukan melalui rekaman audio atau video sebagai bahan verifikasi dan kalibrasi, sehingga data yang dihasilkan tidak hanya lengkap, tetapi juga lebih terjaga reliabilitasnya. Dengan demikian, kualitas seorang asesor pada level ini ditunjukkan melalui kemampuannya menghasilkan data observasi yang siap digunakan dalam proses analisis dan pelaporan. 

D. Reduksi, Analisis, dan Pelaporan Data 

Kualitas seorang asesor juga tercermin dari kemampuannya mengelola data asesmen hingga menghasilkan laporan yang komprehensif. Data yang telah dikumpulkan perlu direduksi untuk memfokuskan hanya pada informasi yang relevan dan menghindari duplikasi. Selanjutnya, data dianalisis dengan mengacu pada indikator kompetensi, sehingga hasil yang diperoleh tidak hanya berupa angka atau catatan, melainkan interpretasi yang bermakna. 

Tahap terakhir adalah menyusun laporan yang sistematis, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan. Laporan yang baik bukan hanya menyajikan temuan, tetapi juga menyoroti konsistensi antar-tools, potensi bias, serta rekomendasi yang dapat digunakan organisasi untuk pengambilan keputusan strategis. Peran asesor level menengah bukan hanya sebagai pengumpul data, tetapi sebagai analis yang menjaga validitas dan kredibilitas keseluruhan proses asesmen. 

E. Pemahaman Quality Assurance & Quality Control (QA/QC) 

QA/QC bukan sekadar formalitas, melainkan serangkaian prosedur yang memastikan setiap asesor bekerja dengan standar yang sama. Salah satu indikator kunci dalam QA/QC adalah inter-rater reliability (IRR), yaitu sejauh mana dua atau lebih asesor memberikan penilaian yang sejalan. IRR merupakan mekanisme efektif untuk memantau konsistensi skor.  

Setelah proses penilaian, penting untuk melakukan pengecekan ulang atau audit hasil dilakukan untuk mendeteksi penyimpangan. Salah satu pendekatannya adalah adjusting for drift, yaitu membandingkan skor dari satu kelompok asesor dengan kelompok lain pada waktu berbeda untuk melihat apakah ada pergeseran konsistensi penilaian. Pendekatan lain adalah rater modelling, yaitu metode statistik yang lebih kompleks untuk mengukur langsung ketidakakuratan asesor dan mengoreksi skor berdasarkan tingkat ketidakakuratan tersebut.  

Demikianlah beberapa keterampilan penting yang perlu dikuasai seorang asesor level menengah. Keterampilan ini tidak cukup hanya dipahami, tetapi perlu terus dikembangkan melalui latihan dan pembelajaran berkelanjutan. Untuk mendukung hal tersebut, LPTUI menyelenggarakan Assessor Certification Program Level Intermediate yang dapat membantu Anda meningkatkan kapasitas secara profesional. Kunjungi website kami untuk mendapatkan jadwal terbaru dan informasi pendaftaran selengkapnya. 

asesor

Ditulis oleh: Khadijah Almuhdor

Referensi: 

Boyer, M. (2020, Januari 28). Understanding and Mitigating Rater Inaccuracies in Educational Assessment Scoring. The National Center for the Improvement of Educational Assessment. https://www.nciea.org/blog/understanding-and-mitigating-rater-inaccuracies-in-educational-assessment-scoring/ 

International Taskforce on Assessment Center Guidelines. (2015). Guidelines and ethical considerations for assessment center operations. Journal of Management, 41(4), 1244-1273. 

Jackson, D. J., Michaelides, G., Dewberry, C., & Yang, W. N. (2025). The expert asesor perspective on assessment center taxonomies. Human Performance, 38(1), 1-27. 

Koedijk, M., Renden, P. G., Oudejans, R. R., Kleygrewe, L., & Hutter, R. V. (2021). Observational behavior assessment for psychological competencies in police officers: A proposed methodology for instrument development. Frontiers in psychology, 12, 589258. 

Anda bisa membagikan artikel berikut kepada yang lain:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

0

Keranjang Kamu Kosong

Tidak ada produk di keranjang Anda.