6 Contoh Dark Psychology yang Sering Ditemukan Namun Jarang Disadari

Sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku dan pikiran manusia, psikologi hadir selama ratusan tahun dan terus berkembang mengikuti dinamika kebutuhan zaman. Penerapannya dapat ditemukan di berbagai sektor, misalnya pendidikan, organisasi, pemasaran, kesehatan, militer, dan masih banyak lagi.  Pada prinsipnya, di mana ada manusia, di situ ilmu psikologi dibutuhkan untuk memahami, memprediksi, hingga memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosi.

Keberhasilan penerapan psikologi telah membantu banyak orang untuk pulih maupun berkembang menjadi versi terbaik diri mereka. Namun, ada pula pihak-pihak yang memanfaatkan ilmu ini demi kepentingan pribadi dengan cara yang merugikan orang lain, yang dikenal dengan istilah dark psychology. Sebelum membahas lebih jauh, mari kita pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan dark psychology.

Definisi Dark Psychology

Perlu dipahami bahwa dark psychology bukanlah merupakan ‘cabang’ dari keilmuan psikologi. Dalam praktiknya, dark psychology memanfaatkan konsep dan teknik psikologi yang disalahgunakan untuk memanipulasi serta mengeksploitasi emosi, pikiran, dan perilaku orang lain melalui cara-cara halus yang seringkali tidak disadari.

Sebagian orang menggunakan prinsip psikologi untuk mempersuasi orang lain agar melakukan apa yang mereka inginkan, misalnya dalam promosi seorang sales yang membuat calon pelanggan tertarik membeli produk yang ditawarkan, atau kampanye politikus untuk meraih simpati dan suara rakyat. Di sisi lain, ada pula yang memanfaatkannya untuk manipulasi dalam bentuk yang lebih ekstrem, seperti mendorong orang lain melakukan perilaku menyimpang, tindakan kriminal, atau hal-hal yang tidak etis.

Batas antara manipulasi dan persuasi memang sangat tipis. Ketika seseorang tahu cara merangkai kata-kata dan menampilkan ekspresi tertentu untuk memengaruhi orang lain demi tujuan yang positif dan transparan, hal itu termasuk dalam persuasi yang etis. Namun, ketika teknik yang sama digunakan secara sengaja untuk mengecoh atau merugikan orang lain, maka itulah yang disebut sebagai dark psychology.

Contoh Penerapan Dark Psychology

Tanpa kita sadari, beberapa teknik manipulatif berikut bisa saja pernah kita alami. Berikut adalah beberapa contoh penerapan dark psychology yang perlu diwaspadai:

  • Gaslighting

Gaslighting merupakan bentuk dark psychology berupa manipulasi psikologis yang dilakukan dengan cara menyangkal realitas yang dialami oleh seseorang dan mengacaukan persepsinya terhadap kejadian yang sebenarnya. Tujuannya adalah membuat korban gaslighting meragukan pikiran, ingatan, bahkan kewarasannya sendiri.

Pelaku gaslighting biasanya membangun rasa bersalah palsu (false sense of guilt) yang membuat korban mempertanyakan apakah mereka telah melakukan kesalahan, meski pada kenyataannya tidak demikian. Taktik dark psychology ini sangat berisiko karena korban jadi tidak mengenali bahwa dirinya sedang dirugikan sehingga enggan atau terlambat untuk mencari pertolongan.

  • Guilt-tripping

Guilt-tripping secara bahasa dapat diartikan seperti ‘tersandung rasa bersalah’. Bentuk lain dari dark psychology lain ini merupakan upaya memanipulasi seseorang dengan membebankan rasa bersalah melalui narasi palsu yang diciptakan sedemikian rupa sehingga memaksa korban untuk mematuhi tuntutan agar meringankan perasaan bersalahnya.

Pelaku guilt-tripping seringkali melontarkan kalimat seperti, “Kamu tidak peduli,” “Kamu egois,” atau “Hidup kamu gampang.” Ucapan-ucapan seperti ini membuat korban merasa bingung dan cemas sehingga terdorong untuk membuktikan bahwa mereka peduli dan rela melakukan apapun demi menyenangkan pelaku guilt-tripping.

  • Love bombing

Sering ditemukan dalam hubungan romantis, love bombing merupakan bentuk manipulasi yang diawali dengan pemberian perhatian dan afeksi secara berlebihan dengan tujuan membangun ketergantungan emosional pada korban. Taktik dark psychology ini dapat memikat korban sedemikian rupa sehingga mereka percaya bahwa sedang menjalin hubungan terbaik dalam hidupnya.

Pelaku love bombing mulai mengeksploitasi ketergantungan emosional yang terbantu untuk mengendalikan korban. Dalam kondisi ini, korban cenderung menuruti apa pun yang diinginkan pelaku. Ketika pelaku sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan, korban kerap ditinggalkan secara tiba-tiba seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

  • Brain washing

Brain washing atau cuci otak merupakan bentuk lain dari dark psychology yang berupaya mengatur ulang pikiran seseorang, termasuk prinsip, nilai, dan kepercayaan yang dipegang. Hal ini umumnya dilakukan dalam setting yang terisolasi dari dunia luar karena pelaku brain washing memiliki proses yang harus mereka selesaikan untuk memastikan bahwa mereka telah memegang kendali penuh. Itulah sebabnya kita sering mendengar cuci otak terjadi di kamp penjara atau sekte totaliter.

Brain washing dilakukan dengan menghancurkan identitas korbannya. Ketika korban mulai mengalami krisis identitas, mereka mulai mempertanyakan siapa diri mereka, dan apa yang seharusnya mereka lakukan. Korban bisa mulai kehilangan kendali atas realitas karena mereka tidak lagi memahami siapa diri mereka dan apa yang terjadi pada mereka. Di sinilah pencuci otak turun tangan dan perlahan-lahan mengganti identitas sebelumnya dengan serangkaian perilaku, sikap, dan keyakinan baru yang sesuai dengan lingkungan baru mereka. 

  • Social Scalping

Social scalping merupakan teknik manipulatif di mana seseorang melebih-lebihkan kontribusi atau bantuannya kepada orang lain dengan tujuan menanamkan rasa ‘utang budi’. Praktik dark psychology ini memanfaatkan prinsip timbal balik dalam hubungan sosial, sehingga membuat orang lain merasa tidak enak hati atau sulit menolak permintaan pelaku.

Melalui teknik dark psychology ini, korban social scalping akan percaya bahwa mereka memiliki kewajiban untuk menuruti keinginan pelaku sebagai bentuk balas budi, meskipun itu membuat mereka merasa tidak nyaman. Dengan terus melebih-lebihkan kebaikan, pelaku social scalping seringkali mendapatkan balasan melebihi apa yang sebenarnya pantas mereka dapatkan. 

Pada akhirnya, bagaimana orang lain memperlakukan kita bukanlah sesuatu yang sepenuhnya bisa kita kendalikan. Namun, dengan memahami prinsip-prinsip ini, harapannya Seekers dapat lebih waspada dalam mengenali tanda-tanda penerapan dark psychology sehingga tidak mudah terjebak atau dirugikan oleh manipulasi yang tersembunyi di balik hubungan sosial.

Ditulis oleh: Khadijah Almuhdor


Referensi:

Gale, J. (2021). How to Analyze People Dark Psychology: Cheating, Relationships, Motives, Manipulation and Religion (Vol. 3). Healthy Pragmatic Solutions Inc.

Lee, A. (2020). Dark psychology: The ultimate guide to learn how to analyze people, read body language, and stop being manipulated. With secret techniques against deception, brainwashing, mind control, and covert NLP. Viem Ltd.

Anda bisa membagikan artikel berikut kepada yang lain:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

0

Keranjang Kamu Kosong

Tidak ada produk di keranjang Anda.