Kenali Potensimu

Melalui Tes Intelegensi dan Minat Bakat Online

Pelaksanaan:
20 Mei 2023
Batas pendaftaran: 15 Mei 2023
0
0

Brain Rot: Bahaya Kecanduan Konten Digital yang Merusak Otak

Pernahkah Anda menghabiskan waktu berjam-jam untuk scrolling media sosial? Sulit untuk fokus mengerjakan satu hal karena mudah terdistraksi? Terdorong untuk mengecek media sosial Anda secara terus menerus? Perlu diperhatikan, jangan sampai Anda mengalami brain rot dan dampaknya yang merugikan. 

brain rot

Pengertian Brain Rot

Secara harfiah, brain rot berarti “pembusukan otak.” Namun, secara istilah, frasa ini merujuk pada kemerosotan kondisi mental dan kecerdasan seseorang. Terpilih menjadi Oxford Word of the Year 2024, brain rot mendapatkan atensi masyarakat akhir-akhir ini dan menjadi perbincangan di berbagai platform media sosial, seperti TikTok, yang memiliki mayoritas audiens demografis usia Gen Z dan Gen Alpha.

Brain rot bukanlah sebuah masalah medis maupun gangguan psikologis, namun fenomena ini merupakan hal yang nyata akibat dari konsumsi berlebihan terhadap sesuatu, yang mana dalam konteks ini adalah konten-konten berkualitas rendah di media sosial. Hal ini menjadi keprihatinan mengingat paparan secara terus menerus dan konsumsi berlebihan terhadap media sosial dapat berdampak negatif terhadap kondisi mental seseorang.

Proses Terjadinya Brain Rot

Di era digital ini, kita disuguhi aliran konten yang seakan tidak pernah berhenti. Platform digital menggunakan algoritma yang dirancang sedemikian rupa untuk menyesuaikan konten dengan preferensi pribadi, yang mana membuat kita secara tidak sadar mampu menghabiskan waktu berjam-jam untuk terus scrolling tanpa henti.

Salah satu alasan kita sulit berhenti adalah karena adanya efek ketidakpastian. Mengingat kita tidak pernah tahu konten apa yang akan kita lihat selanjutnya, hal ini menimbulkan rasa penasaran yang mendorong kita untuk terus mencoba scrolling. Ketika kita menemukan konten yang sesuai dengan minat kita, otak akan mengeluarkan dopamin, hormon yang memicu rasa senang dan memperkuat kebiasaan tersebut.

Selain itu, konten digital yang disajikan dalam format singkat dan cepat membuat otak terbiasa memproses informasi secara dangkal, alih-alih secara mendalam dan kompleks. Pada akhirnya, otak tidak terbiasa menyimpan informasi untuk jangka waktu lama karena dilatih untuk mengantisipasi perubahan konten yang cepat.

Dampak dari Brain Rot

Jika dibiarkan secara terus menerus, brain rot dapat memberikan berbagai dampak merugikan yang mengganggu aktivitas kita sehari-hari. Adapun beberapa dampak negatif dari brain rot antara lain: 

1. Berkurangnya Kemampuan Fokus

Konten-konten berdurasi singkat melatih otak untuk terbiasa mendapatkan sesuatu secara instan. Hal ini menimbulkan kesulitan untuk berkonsentrasi dalam melaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan atensi jangka panjang seperti membaca dan menyelesaikan masalah yang kompleks. 

2. Menurunkan Kemampuan Berpikir Kritis

Paparan yang cepat terhadap konten digital dapat menguji kemampuan kita dalam menyaring informasi. Konten yang dikemas untuk menyulut emosi membuat kita lebih mudah beraksi spontan daripada memproses keakuratan isi konten secara hati-hati. Dengan waktu yang singkat, lebih kecil kemungkinan kita untuk mempertanyakan kembali keabsahan informasi yang ditemukan.

3. Menimbulkan Kecemasan dan Perasaan Kewalahan

Laju produksi konten digital yang cepat dan masif dapat membuat kondisi mental kita merasa kewalahan. Dengan siklus berita yang berjalan terus-menerus, tren media sosial yang selalu terbarukan, dan kecenderungan membandingkan diri dengan konten yang dikonsumsi turut memperbesar tingkat stres dan kecemasan.

4. Melemahkan Kemampuan Bersosialisasi

Semakin banyak waktu yang dihabiskan seseorang untuk mengonsumsi konten digital yang serba cepat, mereka secara bertahap mulai meninggalkan percakapan tatap muka dan lebih memilih interaksi daring. Bersosialisasi di kehidupan nyata perlahan terasa lebih membosankan dibandingkan dengan stimulasi instan di platform digital.

Cara Mencegah Brain Rot

Brain rot bukanlah kondisi yang tak bisa diperbaiki. Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan supaya otak tetap berfungsi secara optimal, antara lain:

1. Atur Batasan Screen Time

Periksa laporan screen time dari gadget Anda secara berkala. Meskipun tidak ada angka pasti yang berlaku untuk semua orang, bagi orang dewasa disarankan untuk membatasi screen time hingga sekitar dua jam per hari di luar kepentingan pekerjaan. Jika screen time Anda melebihi batas tersebut, cobalah untuk menetapkan target pengurangan screen time dan atur limitasi waktu secara bertahap.

2. Menyusun “Piramida Konten”

Bayangkan sebuah piramida, di bagian dasar sebagai porsi terbesar perlu diisi dengan konten yang edukatif dan informatif, seperti wawasan baru atau berita. Bagian tengah piramida dapat diisi dengan konten yang menghibur namun tetap memberikan nilai, seperti dokumenter dan storytelling kreatif. Sementara itu, di bagian puncak piramida yang porsinya paling kecil dapat diisi dengan konten ringan seperti meme dan video viral untuk kesenangan semata. Pastikan susunan “piramida konten” ini tidak terbalik, ya!  

3. Rutin Berolahraga dan Mengonsumsi Makanan Sehat

Berbagai riset telah membuktikan bahwa pola hidup sehat dapat menjaga kesehatan otak. Olahraga meningkatkan produksi Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF), yang memperkuat koneksi antar-neuron dan meningkatkan kemampuan berpikir. Sementara itu, nutrisi seimbang yang kaya akan omega-3, antioksidan, dan vitamin B juga turut meningkatkan plastisitas neuron, yang mana sangat berperan penting dalam pembelajaran, memori, dan adaptasi otak.

4. Konsultasi dengan Tenaga Profesional

Jika Anda atau orang terdekat Anda telah mencoba tips-tips di atas namun masih merasa kesulitan mengontrol diri dalam mengonsumsi konten digital, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog ahli di LPTUI. Segera daftarkan diri dan buat jadwal konseling melalui link pendaftaran atau hubungi nomor WhatsApp LPTUI Salemba atau LPTUI Depok untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut. 

Ditulis oleh: Khadijah Almuhdor

Referensi:

Culler, K. L. (2024, December 24). Brain rot: Why brain health matters now more than ever. Psychology Today. https://tinyurl.com/26b84dcd 

Heaton, B. (2024, December 2). “brain rot” named Oxford word of the year 2024. Oxford University Press. https://tinyurl.com/4w2kyxy2 

Meeusen, R. (2014). Exercise, nutrition and the brain. Sports Medicine, 44, 47-56.

Travers, M. (2024, December 19). A psychologist suggests 4 ways to Combat Digital “brain rot.” Forbes. https://tinyurl.com/2s3mzmmu

Tinggalkan komentar

0

Keranjang Kamu Kosong

Tidak ada produk di keranjang Anda.