Pernahkah Anda mengalami sebuah fase dalam hidup di mana Anda merasa kehilangan arah, dan Anda mulai bertanya-tanya, “Apa sebenarnya makna kehidupan saya?”
Banyak orang mungkin tidak terlalu memikirkan makna kehidupan hingga suatu peristiwa besar atau pergolakan batin terjadi. Hal tersebut kemudian membuat pertanyaan itu muncul dengan sendirinya. Di titik itulah kita mulai menyadari bahwa memahami makna kehidupan perlu direfleksikan secara berkala agar tidak goyah dalam memahami berbagai persoalan dalam hidup.
Psikologi eksistensial, sebagai sebuah cabang dalam ilmu psikologi, menawarkan sudut pandang yang unik dan mendalam tentang pencarian makna kehidupan. Mari kita telusuri bersama dalam artikel ini.
Apa Makna Kehidupan Menurut Psikologi Eksistensial?
Psikologi eksistensial menekankan pada makna kehidupan manusia, kebebasan dalam memilih, dan keunikan dari masing-masing individu. Dalam pandangan psikologi eksistensial, aspek paling penting yang dimiliki manusia adalah interpretasi personal dan subjektif mereka tentang pilihan kehidupan yang mereka buat berdasarkan interpretasi tersebut.
Melalui pendekatan ini, makna kehidupan bukanlah sesuatu yang dicari, akan tetapi diciptakan secara aktif dari dalam diri sendiri. Makna kehidupan juga bukan sesuatu yang ‘diberikan’ oleh sistem di luar diri, termasuk dogma dan standar sosial. Hanya individu itu sendirilah yang dapat menentukan apa makna hidupnya, dan ia pun harus bertanggung jawab penuh atas makna tersebut, bahkan dalam situasi paling sulit sekalipun.
Mengapa Penting Menciptakan Makna Kehidupan?
Hidup terasa lebih bermakna ketika kita mampu melihat pola, arah, atau tujuan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Sebaliknya, hidup bisa terasa hampa saat segala sesuatu tampak runtuh dan kita tidak lagi melihat arti dari apa yang sedang dijalani.
Menciptakan makna kehidupan bukan hanya sebuah konsep filosofis, tapi berperan penting sebagai ‘penyangga’ kesehatan mental kita. Makna berfungsi seperti jangkar yang menjaga kita tetap stabil saat ‘ombak’ kehidupan datang. Orang yang memiliki rasa makna biasanya lebih mampu memandang penderitaan sebagai bagian dari perjalanan menuju sesuatu yang lebih besar, bukan sekadar beban yang melelahkan.
Menurut Viktor Frankl, seorang tokoh penting dalam psikologi eksistensial dan penggagas Logotherapy, seseorang dapat bertahan dalam penderitaan selama ia mampu menemukan maknanya. Frankl sendiri menemukan prinsip ini saat menjadi tahanan di kamp konsentrasi Nazi pada Perang Dunia II. Di tengah kelaparan, kekerasan, dan kehilangan, ia mengamati bahwa mereka yang memiliki alasan untuk terus hidup mampu bertahan lebih lama dibanding mereka yang kehilangan tujuan. Tanpa makna, manusia bisa mengalami kekosongan eksistensial, yang berujung pada depresi, kehampaan, atau kehilangan motivasi untuk hidup. Baca juga: Epidemi Kesepian: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Tiga Cara Menciptakan Makna Kehidupan
Setiap orang memiliki kebebasan untuk menciptakan makna kehidupannya sendiri melalui perjalanan hidup yang dijalani. Secara lebih konkret, Viktor Frankl mengemukakan bahwa ada tiga cara utama untuk menciptakan makna dalam hidup:
-
Makna Kehidupan Melalui Karya dan Kontribusi
Menurut Frankl, makna kehidupan dapat dibangun melalui apa yang kita hasilkan dan kontribusikan bagi dunia di sekitar kita. Hal ini dapat berupa karya kreatif atau pelayanan kepada sesama.
Misalnya, terlibat dalam aktivitas seperti musik, melukis, atau kegiatan seni lainnya dapat membantu kita melihat ‘warna’ lain di tengah kekacauan hidup. Selain itu, menjadi relawan dan membantu orang lain dapat membantu kita menemukan kembali siapa diri kita dan untuk apa kita hidup, bahkan di tengah situasi yang tampaknya hampa.
-
Makna Kehidupan Melalui Pengalaman
Dalam hidup, kita mengalami pasang surut—kejayaan, kegagalan, kehilangan, kemenangan, dan berbagai momen-momen sederhana di antaranya. Semakin banyak pengalaman yang kita lewati, termasuk kontradiksi antara penderitaan dan keindahan hidup, sering kali justru memperkuat dinamika batin dalam proses pencarian makna.
Tak hanya itu, pengalaman spiritual, seperti berdoa atau menjalin relasi dengan Yang Maha Kuasa, juga dapat menghadirkan ketenangan dan kestabilan batin. Bagi banyak orang, pengalaman semacam ini menjadi jangkar dalam masa-masa sulit karena memberikan mampu menyadarkan kembali tujuan yang berjangka panjang.
-
Makna Kehidupan Melalui Sikap
Kita memang tidak selalu bisa mengubah situasi atau pengalaman hidup yang menimpa kita. Namun menurut Frankl, kita tetap memiliki kebebasan yang tak bisa direnggut oleh siapa pun, yaitu memilih sikap terhadap apa yang terjadi kepada kita.
Misalnya, tugas-tugas rutin atau pekerjaan harian yang tampak membosankan bisa menjadi sumber kebahagiaan, ketika seseorang secara sadar memilih untuk memaknainya secara positif. Begitu pula saat menghadapi rintangan dalam mengejar mimpi, seseorang dapat melihatnya bukan sebagai hambatan, melainkan sebagai proses belajar untuk bertumbuh dan menjadi lebih kuat.
Sudahkah Anda Menciptakan Makna Kehidupan?
Psikologi eksistensial mengajarkan bahwa kitalah pencipta makna kehidupan kita sendiri dan menemukan makna merupakan proses seumur hidup yang dinamis dan terus berkembang.
Menemukan makna kehidupan yang mendalam dan utuh merupakan proses dua arah. Di satu sisi, kita belajar menghargai dan mensyukuri apa yang sudah kita miliki. Di sisi lain, kita juga diajak untuk menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih besar daripada diri kita sendiri; bahwa kepuasan terdalam justru dapat ditemukan ketika kita berkontribusi kepada dunia.
Tidak ada satu rumus yang berlaku untuk semua orang. Apa yang memberi arti bagi satu orang bisa jadi sama sekali berbeda bagi orang lain. Justru di situlah letak keindahannya: kita bebas menemukan nilai, tujuan, dan arah hidup yang selaras dengan hati dan prinsip kita sendiri. Mengingat makna kehidupan bersifat subjektif, maka dari itu teruslah bereksplorasi melalui karya, pengalaman, dan pendewasaan sikap dalam perjalanan menciptakan makna kehidupan yang autentik.
—
Ditulis oleh: Khadijah Almuhdor
Referensi:
Bushkin, H., van Niekerk, R., & Stroud, L. (2021). Searching for meaning in chaos: Viktor Frankl’s story. Europe’s journal of psychology, 17(3), 233.
Hergenhahn, B. R., & Henley, T. (2014). An introduction to the history of psychology (7th ed.). Cengage Learning.
Jacobsen, B. (2008). Invitation to existential psychology: A psychology for the unique human being and its applications in therapy. John Wiley & Sons.