Bagaimana pendekatan psikologi terapan dapat memahami dinamika proses bisnis lintas fungsi dan mendampingi perusahaan migas menavigasi transisi menuju fase akhir operasionalnya?
Antara Penurunan Sumber Daya dan Proses Transisi
Ketika sebuah perusahaan minyak dan gas (migas) mulai memasuki fase penurunan produksi akibat keterbatasan sumber daya alam, mereka berhadapan dengan keputusan bisnis yang tidak sederhana. End of life bukan sekadar soal menghentikan operasi, tetapi juga menuntut strategi yang matang untuk perlahan menyesuaikan proses bisnis, tenaga kerja, hingga kepatuhan terhadap regulasi. Pada titik inilah LPTUI hadir untuk mendampingi klien melalui kajian komprehensif berbasis pendekatan psikologi terapan dan analisis lintas disiplin.
Seiring menurunnya kapasitas sumber daya alam, perusahaan perlu menyesuaikan struktur dan kapasitas organisasinya secara bertahap. Transisi ini tidak bisa dilakukan serentak, perlu perencanaan yang matang agar penyesuaian peran, fungsi, dan jumlah tenaga kerja berlangsung dengan terarah. Di saat yang sama, terdapat kewajiban regulatif di sektor ketenagakerjaan dan migas yang tetap harus dijalankan hingga akhir, sehingga penting untuk mengkaji proses bisnis secara menyeluruh untuk mengidentifikasi aktivitas yang perlu dipertahankan sebagai business as usual dan aktivitas yang dapat secara perlahan diturunkan.
Hal ini menjadi pengalaman yang unik bagi LPTUI. Jika sebelumnya mayoritas proyek konsultansi yang kami tangani berfokus pada aspek-aspek spesifik seperti penyusunan kamus kompetensi atau job description, kali ini ruang lingkup yang dibutuhkan jauh lebih luas. Kami perlu mempertimbangkan dinamika organisasi secara menyeluruh termasuk aspek proses bisnis, manajemen aset, kepatuhan regulasi, yang ujungnya terkait dengan proyeksi kebutuhan tenaga kerja. Pendekatan ini menuntut penguatan paradigma bahwa organisasi bukan sekadar kumpulan fungsi, tetapi sistem yang setiap bagiannya saling terhubung dan saling memengaruhi.
Kajian yang Melihat Organisasi sebagai Satu Sistem yang Saling Berkaitan
Sebagai lembaga yang berada di bawah universitas, LPTUI memiliki fondasi riset yang kuat. Sebagai lembaga berbasis keilmuan terapan, kami selalu memastikan riset relevan dengan konteks bisnis. Kami terlatih untuk bekerja secara interdisipliner dengan mengintegrasikan data finansial, analisis aset, dinamika regulasi, proyeksi kebutuhan manpower dan perilaku organisasi. Pendekatan lintas disiplin ini memungkinkan kami melihat bagaimana setiap elemen saling memengaruhi, sehingga rekomendasi yang dihasilkan bukan hanya akurat secara teknis, tetapi juga selaras dengan realitas operasional dan keputusan strategis perusahaan secara keseluruhan.
Psikologi di sini justru menjadi nilai tambah yang membedakan: kami tidak hanya melihat angka, tetapi juga implikasi manusia dan organisasi di baliknya. Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menempatkan kualitas data sebagai yang utama. Setiap rekomendasi dibangun dari analisis yang didorong oleh data sehingga kami dapat menilai kesiapan organisasi menghadapi fase-fase kritis secara objektif, sekaligus memastikan bahwa skenario yang kami susun realistis dan dapat dipertanggungjawabkan.
Rekomendasi Komprehensif untuk Menutup Siklus Bisnis
LPTUI menghasilkan kajian yang memuat rekomendasi komprehensif dan kerangka yang membantu organisasi mengambil keputusan secara objektif dan strategis. Kami menyusun fase-fase transisi beserta milestone kunci yang menggambarkan langkah yang perlu dilakukan pada setiap tahap, dengan menghitung mundur dari titik end of life agar tidak terjadi ketidakteraturan di fase akhir. Selain itu, kami juga memberikan panduan pengelolaan aset yang bertanggung jawab, mengingat proses bisnis minyak dan gas memiliki beragam aset bernilai tinggi.
Kami turut memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi yang jelas untuk memenuhi seluruh kewajiban regulatif hingga hari terakhir operasi. Tidak kalah penting, kami juga menyusun strategi penyesuaian tenaga kerja dengan tetap mempertimbangkan aspek psikologis dan kesejahteraan karyawan sehingga transisi dapat berlangsung dengan manusiawi.
Refleksi: Konsultan sebagai Strategic Partner
Pengalaman ini kembali menegaskan prinsip kami bahwa konsultan adalah partner strategis, bukan pihak yang datang untuk menggurui. Ketika klien menghubungi kami dengan beragam kebutuhan, kami selalu berangkat dari keyakinan bahwa mereka memahami konteks permasalahan lebih baik daripada siapa pun. Dari berbagai proyek yang kami tangani, kami melihat bahwa bukan berarti klien tidak mengetahui cara menyelesaikan isu yang ada di organisasinya. Mereka membutuhkan pendampingan ahli yang dapat membantu mereka melihat gambaran besar dan menyusun langkah secara lebih terarah.
Dengan melibatkan konsultan eksternal, klien berharap keputusan yang berdampak pada masa depan perusahaan dan ribuan karyawannya dapat diambil secara lebih objektif dan kredibel. Dalam banyak kasus, mereka sebenarnya telah memahami inti masalah dan alternatif solusinya; yang mereka perlukan adalah validasi dari pihak eksternal yang netral, bebas dari bias internal yang kerap muncul dalam situasi sensitif.
Bagi konsultan yang berada di awal karier, berikut beberapa prinsip yang dapat membantu Anda membangun posisi sebagai strategic partner bagi klien.
-
Kedepankan Rasa Ingin Tahu
Setiap organisasi memiliki dinamika yang unik, sehingga tidak ada solusi yang bersifat one size fits all. Meskipun sudah berpengalaman dengan berbagai proyek sebelumnya, saat berhadapan dengan klien baru, tetaplah datang dengan ‘lembaran kosong’ dan bukan dengan sederet asumsi. Hindari juga mentalitas ‘saya akan memperbaikinya,’ dan gantikan dengan sikap ‘bagaimana saya bisa menavigasi isu ini bersama klien?’ Pendekatan seperti ini membantu konsultan menjadi parter strategis, bukan sekadar pemecah masalah.
-
Ajukan Pertanyaan yang Tepat
Tidak jarang klien datang dengan isu yang telah berlangsung lama, namun baru mencari jalan keluar ketika kompleksitasnya semakin terasa. Dalam situasi seperti ini, prinsip utama yang harus selalu dipegang adalah bahwa konsultan bertanya untuk memahami, bukan untuk menghakimi. Pertanyaan adalah alat eksplorasi, bukan alat menilai. Insight paling berharga justru sering kali muncul ketika konsultan mampu mengajukan pertanyaan yang tepat. Karena itu, kami selalu berupaya menggali lebih dalam hal-hal yang mungkin belum terlihat di permukaan. Jawaban-jawaban dari pertanyaan yang benar tidak hanya memperjelas akar persoalan, tetapi juga menjadi fondasi kuat bagi strategi yang akan dibangun bersama klien.
-
Perkaya Pengetahuan Melalui Pengalaman
Setiap proyek sedikit banyak membawa dinamika dan nuansa berbeda, terlepas dari skalanya, yang mana dapat memperkaya cara kita memahami masalah. Semakin banyak kita menangani dengan kasus kompleks, semakin kuat intuisi profesional yang terbentuk. Hasil akumulasi pembelajaran dari berbagai situasi nyata membuat kita lebih peka terhadap bagaimana organisasi merespons perubahan, bagaimana konflik kepentingan muncul, bagaimana keputusan besar diambil, dan bagaimana dinamika manusia berperan di dalamnya. Dengan demikian, kita lebih cepat mengidentifikasi akar masalah dan lebih strategis dalam menawarkan pendekatan.
Pada akhirnya, keberhasilan sebuah proyek bukan hanya ditentukan oleh analisis yang solid, tetapi juga oleh kualitas kemitraan antara konsultan dan klien. Ketika keduanya berbagi peran secara setara, di mana klien dengan pemahaman konteksnya dan konsultan dengan perspektif ahli yang objektif serta kerangka berpikirnya, proses pengambilan keputusan menjadi lebih selaras. Kolaborasi inilah yang memungkinkan organisasi menavigasi masa-masa kritis dengan lebih percaya diri dan terencana.
Cari tahu lebih lanjut mengenai layanan riset organisasi di LPTUI. Klik di sini.
Ditulis oleh: Mely Putri Kurniati Rosalina, S.Psi., MA (Kepala Divisi Riset, Konsultansi, dan Pelatihan LPTUI)
Disunting oleh: Khadijah Almuhdor
