Gangguan Psikosomatis: Pengertian, Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Pernahkah Anda mendengar seseorang sedang sakit, lalu diberi nasihat, “Jangan terlalu stres ya”? 

Ternyata, terdapat penjelasan ilmiah di balik nasihat tersebut, yaitu kondisi fisik dan mental kita saling berkaitan. Stres yang berkepanjangan bisa memperburuk kondisi fisik, dan kondisi inilah yang dikenal sebagai gangguan psikosomatis. Stres dapat memengaruhi tubuh dalam banyak cara, mulai dari sakit kepala dan gangguan pencernaan hingga penyakit jantung. 

Gangguan psikosomatis dapat mengganggu hubungan, pekerjaan, pendidikan, dan aspek penting dalam hubungan kita lainnya. Namun, dengan penanganan yang tepat, seseorang yang mengalami gangguan psikosomatis berpeluang untuk mengatasinya secara efektif. Simak artikel berikut untuk memahami lebih dalam tentang gangguan psikosomatis. 

Pengertian Gangguan Psikosomatis 

Kata “psiko” berarti berkaitan dengan pikiran, sedangkan “somatis” berkaitan dengan tubuh. Gangguan psikosomatis merupakan kondisi di mana tubuh menunjukkan gejala fisik yang dipicu atau diperburuk oleh stres, kecemasan, atau tekanan mental lainnya. Meskipun sistem kekebalan tubuh melindungi tubuh dari patogen, paparan stres terbukti dapat melemahkan sistem imun. 

Gejala fisik yang muncul bersifat nyata dan dapat mengganggu, namun sering kali sulit ditemukan penyebab organiknya melalui pemeriksaan medis. Dalam beberapa kasus, gejala penyakit fisik yang muncul tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh kondisi medis yang ada dan dapat berkaitan dengan gangguan psikosomatis. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi psikologis dapat memengaruhi kesehatan fisik, bahkan ketika tidak ada perubahan atau kerusakan pada struktur organ tubuh. 

Bagaimana Gangguan Psikosomatis Terjadi? 

Salah satu penjelasan adalah saat seseorang mengalami stres, konflik emosional, atau tekanan psikologis tertentu, tubuh merespons dengan mengaktifkan sistem saraf otonom. Respons ini dapat berbeda pada tiap organ yang secara genetik lebih sensitif terhadap stres. Aktivasi sistem saraf otonom menempatkan tubuh dalam keadaan fight-or-flight atau waspada terus-menerus. Jika kondisi ini berlangsung terlalu lama, ketegangan dapat memicu gangguan fisiologis bahkan penyakit pada organ tertentu. 

Di sisi lain, beberapa penelitian menunjukkan bahwa stres secara umum dapat menciptakan kondisi yang memicu berbagai jenis penyakit, meski tidak selalu ditentukan sebelumnya. Dalam menghadapi stres, setiap orang mengalami kecenderungan yang berbeda-beda. Beberapa orang mampu mengelolanya dengan baik sehingga tidak menimbulkan masalah fisik, tetapi pada orang lain, stres yang berkepanjangan dapat menimbulkan gejala fisik dan perubahan pada jaringan tubuh. 

Ciri-ciri Gangguan Psikosomatis 

Gangguan psikosomatis dapat dikenali melalui beberapa tanda atau gejala. Namun, diagnosis hanya dapat ditegakkan oleh tenaga profesional seperti psikolog, sehingga tidak disarankan untuk mendiagnosis diri sendiri. Meski begitu, penting untuk mengenali tanda-tanda yang umum muncul, antara lain:  

Gejala Fisik yang Mengganggu 
Seseorang dengan gangguan psiksomatis umumnya mengalami satu atau lebih gejala fisik yang menimbulkan ketidaknyamanan atau mengganggu aktivitas sehari-hari. Namun, gejala-gejala tersebut tidak sepenuhnya dapat dijelaskan penyebabnya secara medis karena terdapat peran tekanan psikologis yang memicu, memperburuk, atau mempertahankan gejala fisik. 

Respons Psikologis yang Berlebihan 
Gangguan psikosomatis juga ditandai dengan pikiran, perasaan, atau perilaku yang berlebihan terkait kondisi kesehatan. Misalnya, seseorang mengalami kecemasan yang tinggi dan secara terus-menerus menganggap gejala yang dialami jauh lebih serius daripada kenyataannya. Contoh lainnya adalah kecenderungan menghabiskan banyak waktu dan energi untuk memperhatikan gejala maupun memikirkan kemungkinan munculnya sebuah penyakit. 

Kondisi Gejala yang Bertahan Lama 
Meskipun gejala fisik tidak selalu muncul setiap saat, individu dengan gangguan psikosomatik cenderung merasa seolah-olah terus mengalami keluhan dalam jangka panjang. Keadaan ini umumnya menetap lebih dari enam bulan, dengan intensitas gejala yang dapat naik turun, dengan tetap menimbulkan rasa terganggu maupun kekhawatiran berlebihan bagi penderitanya.

Apakah Gangguan Psikosomatis Dapat Diatasi? 

Gangguan psikosomatis tidak bersifat permanen dan bisa diatasi dengan penanganan yang tepat. Setiap individu membutuhkan pendekatan yang disesuaikan dengan gejala dan kondisi masing-masing, sehingga sangat penting mendapatkan bantuan dari tenaga profesional, seperti psikolog atau dokter yang berpengalaman. Jika kamu merasa mengalami gejala atau membutuhkan dukungan lebih lanjut, LPTUI menyediakan layanan konseling yang dipandu oleh psikolog ahli untuk membantumu memahami dan mengelola kondisi ini dengan efektif. Buat jadwal konseling melalui link pendaftaran atau hubungi nomor WhatsApp LPTUI Salemba atau LPTUI Depok untuk mendapatkan informasi selengkapnya.   

Ditulis oleh: Khadijah Almuhdor

Referensi: 

Agarwal, A., Gupta, R., Krishnan, Y., Vishnoi, L., & Agarwal, A. (2018). Psychosomatic disorders: The challenge to meet out in clinic. International Journal of Oral Health Dentistry, 4(3), 143–147. 

Nisar, H., & Srivastava, R. (2018). Fundamental concept of psychosomatic disorders: a review. International Journal of contemporary Medicine surgery and radiology, 3(1), 12-18. 

Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2016). Impact of the DSM-IV to DSM-5 changes on the National Survey on Drug Use and Health. U.S. Department of Health and Human Services. https://www.samhsa.gov/data/report/impact-dsm-iv-dsm-5-changes-national-survey-drug-use-and-health

Anda bisa membagikan artikel berikut kepada yang lain:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

0

Keranjang Kamu Kosong

Tidak ada produk di keranjang Anda.