Kenali Potensimu

Melalui Tes Intelegensi dan Minat Bakat Online

Pelaksanaan:
20 Mei 2023
Batas pendaftaran: 15 Mei 2023

Impostor Syndrome: Pengertian, Penyebab, Ciri-ciri, dan Cara Mengatasinya

“Selamat! Anda mendapatkan promosi sebagai manajer di perusahaan ini!” Bayangkan, Anda baru saja mendapatkan promosi impian. Harusnya ini jadi momen membanggakan, bukan?

Alih-alih merasa bangga, sebagian orang justru merasa promosi tersebut tidak layak bagi dirinya. Terlepas dari track record fantastis yang ditunjukkan beberapa tahun belakangan ini, seseorang masih saja dapat diliputi keraguan. Apakah dirinya benar-benar pantas? Apakah pencapaiannya selama ini hanya kebetulan belaka?

Fenomena ini dapat disebut sebagai impostor syndrome. Meski bukan merupakan gangguan mental, namun impostor syndrome merupakan fenomena nyata yang dapat ditemukan di sekitar kita. Menurut berbagai penelitian, impostor syndrome dapat menghambat kemajuan karir dan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan mental.

Mari kita bahas selengkapnya mengenai impostor syndrome melalui artikel ini.   

Pengertian Impostor Syndrome

Sederhananya, impostor syndrome merupakan perasaan ragu terhadap keberhasilan dan kemampuan diri sendiri. Seseorang yang mengalami impostor syndrome sulit menerima pencapaiannya, meski terdapat bukti-bukti objektif yang mendukung. 

Mereka cenderung percaya bahwa kesuksesan yang diraih bukan karena kompetensi yang mereka miliki, melainkan hanya keberuntungan atau faktor eksternal lainnya. Akibatnya, mereka merasa khawatir akan “terbongkar” sebagai seorang yang tidak pantas atau merasa seperti seorang penipu atau impostor.

Persepsi negatif yang terinternalisasi terhadap diri sendiri seringkali muncul dari lingkungan dan interaksi sosial yang membuat seseorang meragukan kemampuan serta harga dirinya. Alih-alih menganggap permasalahan ini sebagai kesalahan masalah individual semata dan melakukan victim blaming, para peneliti baru-baru ini juga mempertimbangkan faktor eksternal yang peran penting dalam membentuk pengalaman impostor syndrome

Penyebab Impostor Syndrome

Faktor penyebab impostor syndrome seringkali dikaitkan dengan permasalahan individu. Padahal, konteks dan struktur sosial juga berperan dalam memperkuatnya. Beberapa faktor tersebut antara lain:

  • Norma Sosial yang Menuntut Kesempurnaan

Dalam budaya yang menganggap kesempurnaan sebagai sebuah standar, kegagalan seringkali dianggap sebagai hal yang memalukan alih-alih bagian dari pertumbuhan.

Tuntutan untuk selalu tampil sempurna dapat membuat seseorang menjadi takut akan gagal atau “terbongkar” sebagai seseorang yang sebenarnya tidak kompeten, yang mana hal ini dapat memicu dan memperkuat impostor syndrome.

  • Stereotipe yang Dipercaya Masyarakat

Menurut penelitian, impostor syndrome sering dialami oleh perempuan dan kelompok etnis minoritas. Rasa ragu yang mereka alami berkaitan erat dengan stereotip yang berkembang di lingkungan mereka.

Misalnya, pemimpin sering dikaitkan dengan sifat maskulin. Akibatnya, perempuan yang menduduki posisi tinggi bisa merasa tidak sesuai dengan ekspektasi tersebut. Di sisi lain, kelompok etnis minoritas kerap dianggap sebagai kurang cerdas dan malas. Ketika mencapai kesuksesan, mereka cenderung menganggapnya sebagai keberuntungan semata, bukan hasil dari kemampuan mereka sendiri.

  • Kurangnya Keberagaman

Menjadi minoritas dalam sebuah kelompok atau tim seringkali memicu rasa tidak percaya diri. Lingkungan yang didominasi oleh satu kelompok tertentu dapat membuat individu merasa terisolasi dan meragukan keberadaannya di dalamnya.

Kurangnya keberagaman juga membuat mereka sulit menemukan role model dengan latar belakang serupa. Akibatnya, ketika meraih keberhasilan, mereka cenderung merasa tidak layak dan sulit mengakui pencapaiannya sebagai hasil dari kerja keras sendiri.

  • Minimnya Apresiasi

Berada dalam lingkungan yang kurang menunjukkan penghargaan atas kontribusi dapat perlahan mengikis rasa percaya diri seseorang. Jika pencapaian tidak dihargai, seseorang mungkin merasa kontribusinya tidak signifikan atau tidak penting. 

Pada akhirnya, hal tersebut memunculkan rasa ragu yang membuat seseorang jadi mempertanyakan apakah keberhasilan mereka benar-benar pantas atau hanya karena keberuntungan.

Ciri-ciri Impostor Syndrome

Meskipun setiap orang dapat merasa ragu terhadap dirinya sendiri sesekali, seseorang dengan impostor syndrome mengalami perasaan tersebut secara terus-menerus. Berikut beberapa ciri-ciri yang menunjukkan seseorang mengalami impostor syndrome:

  • Sulit Menerima Pujian

Seseorang dengan impostor syndrome cenderung menolak pujian atas pencapaiannya. Alih-alih mengakui usaha dan kemampuannya sendiri, mereka justru mengaitkan keberhasilan tersebut dengan faktor eksternal, seperti keberuntungan atau bantuan orang lain. 

  • Cenderung Perfeksionis

Seseorang dengan impostor syndrome mampu bekerja dan mempersiapkan sesuatu dalam waktu yang lebih lama dari yang sewajarnya. Hal ini karena mereka merasa mereka perlu “menutupi” kekurangan yang mereka persepsikan sendiri. 

  • Sulit Meminta Pertolongan

Mengakui tidak mengetahui sesuatu atau meminta bantuan dari orang lain merupakan hal yang dihindari oleh seseorang dengan impostor syndrome. Mereka merasa bahwa hal tersebut justru menunjukkan tanda ketidakmampuan, yang mana membenarkan ketakutan mereka dianggap sebagai impostor

  • Menghindari Peluang Baru

Mencoba hal baru merupakan hal yang menakutkan bagi seseorang dengan impostor syndrome. Mereka lebih suka bertahan di zona nyaman karena dengan menerima tantangan baru justru meningkatkan risiko “terbongkar” sebagai impostor karena tidak memenuhi ekspektasi. 

Cara Mengatasi Impostor Syndrome

Mengalami impostor syndrome bisa melelahkan dan menghambat perkembangan diri. Namun, impostor syndrome bukan sesuatu yang tidak bisa diatasi. Berikut beberapa tips untuk mengatasi impostor syndrome:

  • Kenali Ciri-cirinya 

Jika Anda terus menerus diliputi keraguan dengan diri sendiri, merasa takut gagal dan “terbongkar” aslinya, terlalu perfeksionis, dan mengaitkan keberhasilan diri dengan faktor eksternal. Dengan mengenali tanda-tanda ini, Anda bisa mulai memahami pola pikir yang mungkin menghambat perkembangan diri dan mencari cara untuk mengatasinya.

  • Mengumpulkan Bukti Pencapaian

Jika Anda mulai merasa tidak layak atas keberhasilan yang diraih, luangkan waktu untuk merefleksikan kembali perjalanan, usaha, dan keterampilan Anda hingga mencapai titik ini. Hal ini sebagai pengingat bahwa keberhasilan Anda bukan sekadar kebetulan, tetapi hasil dari kerja keras dan kompetensi.

  • Ubah Sudut Pandang

Mencoba kesempatan baru dapat terasa menakutkan karena meningkatkan risiko kegagalan. Namun, daripada melihat kegagalan sebagai tanda ketidakmampuan, anggaplah itu sebagai bagian dari proses belajar. Setiap kesempatan yang diambil tidak hanya membantu Anda bertumbuh, tetapi juga memberi peluang untuk berkontribusi lebih luas.

  • Cari Bantuan Profesional

Jika Anda sudah berusaha mengatasi impostor syndrome namun masih merasa terbebani, jangan ragu untuk mencari bantuan dari tenaga profesional. Penanganan impostor syndrome dapat dilakukan dengan cognitive behavioral therapy (CBT) yang membantu individu mengenali serta mengubah pola pikir negatif yang tidak sesuai dengan realitas.

LPTUI menyediakan layanan konseling dan terapi psikologis dengan para psikolog profesional yang ahli di bidangnya. Jika Anda atau orang terdekat memerlukan bantuan, silakan hubungi kami melalui link pendaftaran atau hubungi nomor WhatsApp LPTUI Salemba atau LPTUI Depok untuk mendapatkan dukungan lebih lanjut.

——

Ditulis oleh: Khadijah Muhdor

Referensi:

Arleo, E. K., Wagner-Schuman, M., McGinty, G., Salazar, G., & Mayr, N. A. (2021). Tackling impostor syndrome: A multidisciplinary approach. Clinical imaging, 74, 170-172.

Feenstra, S., Begeny, C. T., Ryan, M. K., Rink, F. A., Stoker, J. I., & Jordan, J. (2020). Contextualizing the impostor “syndrome”. Frontiers in psychology, 11, 575024.

Tinggalkan komentar

0

Keranjang Kamu Kosong

Tidak ada produk di keranjang Anda.