Mengenali diri adalah proses yang terus berlangsung sepanjang hidup. Walau masa remaja sering dilihat sebagai masa pembentukan jati diri, saat kita dewasa pun kita tetap perlu memahami dan menyesuaikan diri, karena hidup terus berubah dan membawa tantangan baru.
Dalam mengenali diri kita perlu meninjau kembali perilaku, preferensi, emosi, serta keyakinan yang kita pegang. Dengan mengenali diri secara lebih mendalam, kita dapat memahami kepribadian, nilai, dan kecenderungan kita yang khas. Ini bukan sekadar soal kesadaran diri semata, melainkan tentang memahami siapa kita sebenarnya dan bagaimana cara alami kita dalam berinteraksi dengan dunia.
Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang Jendela Johari dan bagaimana alat sederhana ini mampu membantu kita mengenali diri lebih baik lagi.
Apa itu Jendela Johari?
Jendela Johari atau Johari Window merupakan sebuah alat yang sederhana yang dikembangkan oleh psikolog Amerika, Joseph Luft dan Harry Ingham pada tahun 1950-an, dan diberi nama Johari dengan menggabungkan nama depan mereka, yaitu Joseph dan Harry. Alat ini sering digunakan dalam pelatihan pengembangan kepribadian, komunikasi interpersonal, pengembangan tim, dinamika kelompok, dan hubungan antarkelompok. Jendela Johari memberikan kesempatan untuk melihat bagaimana kita memandang diri kita sendiri dan bagaimana orang lain memandang kita. Melalui pendekatan tersebut, kita dapat menjadi semakin terbuka dan mengenali diri melalui berbagai perspektif berbeda.
Dengan mengeksplorasi dinamika kesadaran diri yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motivasi, pendekatan Jendela Johari meyakini bahwa setiap individu memiliki potensi untuk membuka diri dan menerima umpan balik secara konstruktif, sebuah langkah penting dalam pertumbuhan pribadi dan hubungan sosial. Melalui proses saling berbagi dan menerima umpan balik, kita dapat memperluas area keterbukaan dan membangun hubungan yang lebih sehat.
Empat Kuadran Jendela Johari
Sebagaimana bentuknya yang dianalogikan sebagai jendela, Jendela Johari terdiri dari empat panel atau kuadran yang merepresentasikan cara kita memahami diri sendiri dan bagaimana orang lain melihat kita. Setiap kuadran menjawab salah satu dari dua sumbu utama: apakah informasi tersebut diketahui atau tidak diketahui oleh diri sendiri, dan apakah informasi tersebut diketahui atau tidak diketahui oleh orang lain. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing kuadran:
-
Open Area
“Apa hal-hal tentang diri saya yang saya tunjukkan secara terbuka dan dikenali juga oleh orang lain?”
Kuadran ini berisikan informasi tentang perilaku, perasaan, dan motivasi yang dapat diketahui oleh orang lain dan diri sendiri. Hal yang ditemukan dalam area ini umumnya bersifat terbuka dan dapat dilihat oleh orang lain. Area ini dapat bertambah besar seiring dengan meningkatnya tingkat kepercayaan antara individu dengan orang lain, sehingga semakin banyak informasi, terutama informasi yang relevan secara pribadi, yang dibagikan.
Dalam konteks pengembangan diri, memperluas kuadran ini sangat penting untuk membangun kepercayaan, hubungan yang sehat, serta komunikasi yang terbuka. Seseorang yang memiliki open area yang luas umumnya telah mengenali diri dan potensi dirinya dengan baik, sehingga ia mampu bersikap autentik, terbuka, dan memberikan kontribusi yang positif bagi lingkungan dan kehidupan sosialnya.
-
Hidden Area
“Apa yang saya ketahui tentang diri saya, tetapi belum saya tunjukkan kepada orang lain? Mengapa saya memilih untuk menyimpannya?”
Hidden area berisikan hal-hal yang kita ketahui namun tidak diketahui orang lain kecuali kita memilih untuk mengungkapkannya. Dalam kuadran ini terdapat faktor penghambat seperti rasa takut yang menghambat seseorang untuk bersikap terbuka, terlebih jika kita tahu bahwa lingkungan sekitar tidak mendukung atau jika kita mulai mengungkapkan pikiran, perasaan, dan reaksi, kita mungkin akan dinilai secara negatif oleh sekitar. Pada saat yang sama, jika kita mengambil risiko untuk lebih terbuka, kita mungkin akan mendapatkan kesempatan untuk belajar mengenali diri.
Beberapa contoh hidden area antara lain perasaan tidak percaya diri, pengalaman pribadi yang traumatis, impian atau tujuan yang belum berani diungkapkan, serta identitas atau orientasi tertentu. Menyimpan terlalu banyak informasi di area ini dapat menghambat hubungan karena berkurangnya keterbukaan dan kepercayaan. Namun, saat kita mulai berbagi secara perlahan dan hati-hati, kita membuka ruang bagi komunikasi yang lebih jujur dan hubungan yang lebih bermakna.
-
Blind Spot
“Apa yang orang lain ketahui atau perhatikan tentang diri saya, tetapi belum saya sadari?”
Bagian blind spot memungkinkan kita untuk menemukan hal-hal tentang diri kita yang tidak kita ketahui, tetapi orang lain dapat melihatnya dengan sangat jelas. Masukan atau umpan balik dari orang lain menjadi kunci untuk membuka area ini dan memperluas pemahaman kita dalam mengenali diri sendiri.
Seringkali kita menganggap tingkah laku atau kebiasaan kita sebagai sesuatu yang wajar atau tepat, tanpa menyadari dampaknya bagi orang lain. Jawaban dari pertanyaan di kuadran blind spot dapat mendorong kita untuk lebih terbuka terhadap umpan balik dan menantang asumsi yang kita miliki tentang diri sendiri. Dengan sikap tidak defensif, kita bisa mendapatkan perspektif baru yang memperkaya pemahaman kita secara menyeluruh.
-
Unknown Area
“Apa yang belum saya ketahui tentang diri saya, dan bagaimana saya bisa menemukannya?”
Dalam unknown area, kita berusaha mencari tahu hal-hal tentang diri kita yang belum disadari oleh diri sendiri maupun orang lain. Unknown area bukan berarti kosong, tapi belum terungkap. Meskipun tersembunyi, area ini tetap ada dan dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan kita secara tidak sadar.
Terdiri dari potensi tersembunyi, emosi yang terpendam, reaksi yang belum pernah muncul, atau bakat yang belum tergali, area ini dapat terungkap saat kita menghadapi pengalaman baru, refleksi mendalam, atau mendapatkan bantuan seperti konseling dan coaching. Menjelajahi unknown area bukan hal yang mudah, tetapi dapat membuka pintu untuk mengenali diri lebih utuh dan bertumbuh dengan lebih bermakna.
Mengenali Diri Lebih Baik
Mengenali diri merupakan proses yang perlu kita lakukan secara berkelanjutan seumur hidup. Kita dapat mulai dari hal-hal kecil seperti refleksi harian, membuka diri terhadap umpan balik dari orang lain, hingga mengeksplorasi sisi diri yang belum kita pahami melalui konseling.
LPTUI menyediakan layanan konseling yang dapat menyediakan ruang aman untuk mengenali diri lebih dalam, menemukan pola-pola yang tersembunyi, dan membuka potensi yang selama ini belum terlihat. Dengan bantuan profesional seperti psikolog, perjalanan mengenali diri bukan hanya menjadi lebih terarah, tetapi juga lebih bermakna. Hubungi LPTUI melalui link pendaftaran atau nomor WhatsApp LPTUI Salemba atau LPTUI Depok untuk mendapatkan jadwal konseling dan informasi selengkapnya.
—
Ditulis oleh Khadijah Almuhdor
Referensi:
Asiza, N., Yusuf, M., Rahman, A., Irwan, M., Patmawati, P., & Ramadani, F. (2023). Enhancing Speaking Proficiency through Self-Discovery: Utilizing Johari Window Techniques in Student Learning. Voices of English Language Education Society, 7(3), 753-764.
Lumbanraja, P., Lubis, A. S., & Nadapdap, K. M. N. (2024). A review of the Johari window theory as grand theory of human resource competence. Multidisciplinary Reviews, 7(1), 2024002-2024002.
Saxena, P. (2015). Johari Window: An effective model for improving interpersonal communication and managerial effectiveness. SIT Journal of Management, 5(2), 134-146.