Kenali Potensimu

Melalui Tes Intelegensi dan Minat Bakat Online

Pelaksanaan:
20 Mei 2023
Batas pendaftaran: 15 Mei 2023

Apa itu Trust Issue? Pahami Pengertian, Penyebab, Ciri-ciri, dan Cara Mengatasinya

Pernahkah Anda merasa sulit percaya pada seseorang, bahkan ketika mereka menunjukkan perlakuan baik? Misalnya, saat seseorang bersikap ramah atau membantu, alih-alih merasa dihargai, Anda justru curiga ada maksud tersembunyi di baliknya.

Berhati-hati dalam menaruh kepercayaan memang wajar, bahkan penting untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, jika ketidakpercayaan ini berlebihan hingga membuat diri sendiri maupun orang lain merasa tidak nyaman, bisa jadi hal tersebut merupakan tanda-tanda trust issue

Jika dibiarkan begitu saja, trust issue berpotensi mengganggu kesehatan mental hingga merusak hubungan kita dengan orang lain. Simak selengkapnya melalui artikel berikut ini untuk memahami pengertian, penyebab, ciri-ciri, hingga cara mengatasi trust issue

Pengertian Trust Issue

Sebelum membahas trust issue, penting untuk memahami terlebih dahulu apa itu trust atau rasa percaya. Rasa percaya adalah keyakinan bahwa orang lain yang kita percaya tidak akan menyakiti kita dan, jika diperlukan, mereka akan membantu atau memenuhi kebutuhan kita. Ketika kita mempercayai seseorang, kita berekspektasi positif pada orang yang kita percaya meskipun ada risiko yang diambil, yang mana perhitungan rasional akan dikesampingkan dan keyakinan lebih dikedepankan.

Namun, tidak semua orang dapat mudah untuk melakukan hal tersebut. Seseorang yang memiliki masalah dengan rasa percaya atau yang disebut trust issue ini justru mencurigai bahwa orang lain tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam suatu situasi. Akhirnya, mereka merasa tidak aman untuk bertindak berdasarkan tindakan, perkataan, dan keputusan orang lain karena cenderung berpikir bahwa orang lain akan merugikan mereka.

Trust issue apabila dibiarkan dapat menimbulkan kerugian. Kewaspadaan dan kecurigaan yang terus-menerus dapat mengakibatkan kelelahan emosional. Selain itu, kita akan sulit membangun hubungan yang sehat dengan orang lain karena kurang kuatnya rasa percaya sebagai landasan. Menghindari komitmen karena takut dikhianati juga dapat menyebabkan perasaan terisolasi.

Penyebab Trust Issue

Trust issue bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja. Menurut teori perkembangan psikososial, rasa percaya mulai terbentuk sejak seseorang lahir dan menjadi bagian penting dalam tahap perkembangan awal kehidupan anak. Hubungan awal dengan orang tua atau pengasuh akan membentuk cara seseorang berinteraksi dan mempercayai orang lain di kemudian hari.

Jika anak mendapatkan perhatian, kasih sayang, dan kehadiran yang konsisten dari orang tua atau pengasuh, mereka akan merasa aman dan belajar bahwa dunia adalah tempat yang dapat dipercaya. Sebaliknya, jika anak sering diabaikan, tidak mendapatkan kepastian, atau dikecewakan oleh orang-orang terdekatnya, mereka cenderung tumbuh dengan rasa curiga dan kesulitan mempercayai orang lain.

Hubungan yang kita bangun di masa dewasa juga turut mempengaruhi apakah kita memiliki trust issue atau tidak. Seseorang yang pernah dikhianati oleh pasangan, teman, atau kolega akan sulit untuk mempercayai orang lain meski dalam konteks yang berbeda. Pernah mengalami kebohongan atau manipulasi dalam hubungan juga membuat seseorang membangun pertahanan diri untuk tidak mudah percaya agar tidak mengalami pengalaman menyakitkan untuk kedua kalinya.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang mengalami pengkhianatan kepercayaan, bahkan jika pengasuhan di masa kecil mereka baik, masih mungkin untuk mengembangkan trust issue ketika dewasa.

Ciri-ciri Trust Issue

Terdapat beberapa ciri trust issue yang melibatkan aspek pikiran, perasaan, dan perilaku, antara lain: 

Selalu Membayangkan Skenario Terburuk

Seseorang dengan trust issue berpikir bahwa jika bersiap untuk hal terburuk, mereka tidak akan terlalu sakit hati jika itu benar-benar terjadi. Padahal, hal tersebut belum tentu kebenarannya dan seringkali hanya sebatas asumsi. Pola pikir ini muncul untuk menghindari kekecewaan, tetapi justru bisa merusak hubungan dan memperkuat rasa tidak percaya terhadap orang lain.

Penuh dengan Kecurigaan

Kewaspadaan terhadap kemungkinan bahaya adalah hal yang wajar, tetapi pada seseorang dengan trust issue, hal ini bisa berkembang menjadi kecurigaan yang berlebihan. Mereka selalu merasa ada sesuatu yang disembunyikan. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan diam-diam menggeledah barang-barang milik pasangan, membaca pesan pribadi, bahkan “menguji” kesetiaan pasangannya.

Menghindari Komitmen

Terikat dengan seseorang, terutama dalam hubungan yang melibatkan aspek emosional, bisa terasa menakutkan bagi seseorang dengan trust issue. Pengalaman dikecewakan atau dikhianati di masa lalu membuat mereka merasa rentan, seolah-olah hal itu akan terulang kembali. Dengan terlibat dalam sebuah komitmen, mereka merasa kehilangan kendali dan semakin sulit melindungi diri dari kemungkinan disakiti.

Sulit untuk Memaafkan

Seseorang dengan trust issue cenderung merespons kesalahan orang lain dengan reaksi negatif yang lebih kuat. Bagi mereka, konflik bukan sekadar masalah kecil, tetapi sesuatu yang sulit dilupakan. Rasa kecewa dan pengkhianatan yang pernah dialami membuat mereka kesulitan memaafkan, karena takut kejadian serupa akan terulang kembali.

Cara Mengatasi Trust Issue

Meski dapat menjadi tantangan tersendiri, namun trust issue bukanlah hal yang tidak dapat diatasi. Pahami bahwa persoalan ini dapat menjadi kompleks dan mungkin membutuhkan waktu untuk sepenuhnya membaik. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi trust issue:

Kenali Akar Masalah

Penting untuk menyadari mengapa kita jadi sulit untuk mempercayai orang lain. Terkadang kita menggeneralisir satu kejadian dikecewakan dan membawanya pada peristiwa lain. Dengan mengenali akar masalah, kita bisa mulai mengubah pola pikir dan belajar membangun kepercayaan secara perlahan.

Membangun Komunikasi Terbuka

Apabila kita mengalami keraguan, coba untuk sampaikan secara terbuka apa yang menjadi ekspektasi Anda. Dengan mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran Anda secara jujur, kita tidak hanya memberikan kesempatan bagi orang lain untuk memahami perspektif kita, tetapi juga belajar membangun kepercayaan secara bertahap.

Seimbangkan Rasa Percaya dan Kontrol

Trust issue berkaitan erat dengan keinginan untuk mengendalikan segala hal. Namun, kenyataannya tidak semua hal dapat kita atur. Belajarlah untuk mendelegasikan tugas dan mempercayai orang lain. Jika terjadi kesalahan, sadari bahwa hal tersebut bukan bentuk pengkhianatan, melainkan bagian dari proses belajar yang wajar bagi setiap orang.

Cari Bantuan Profesional

Jika berbagai upaya telah dilakukan tetapi trust issue masih terasa membebani, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog. Melalui proses konseling, psikolog telah terlatih dapat membantu Anda memahami akar masalah dan menemukan cara yang tepat untuk membangun kembali rasa percaya.

LPTUI menyediakan berbagai layanan konseling dengan psikolog yang ahli di bidangnya. Jangan ragu untuk menghubungi kami melalui link pendaftaran atau hubungi nomor WhatsApp LPTUI Salemba atau LPTUI Depok untuk mendapatkan bantuan yang tepat. 

 

Ditulis oleh: Khadijah Muhdor

Referensi:
Amirfathi, P. The Impact of Childhood Trauma on Adult Mental Health: A Psychological Perspective. 
Bijlsma-Frankema, K., & Costa, A. C. (2005). Understanding the trust-control nexus. International sociology, 20(3), 259-282.
Fitzpatrick, J., & LAFONTAINE, M. F. (2017). Attachment, trust, and satisfaction in relationships: Investigating actor, partner, and mediating effects. Personal Relationships, 24(3), 640-662.
Rodriguez, L. M., DiBello, A. M., Øverup, C. S., & Neighbors, C. (2015). The price of distrust: Trust, anxious attachment, jealousy, and partner abuse. Partner abuse, 6(3), 298-319.

Tinggalkan komentar

0

Keranjang Kamu Kosong

Tidak ada produk di keranjang Anda.