Pernahkah Anda merasa kehidupan pribadi dan pekerjaan saling bertabrakan?
Terkadang masalah pribadi di rumah ikut terbawa ke kantor, atau sebaliknya. Terkadang juga tekanan kerja yang dirasakan membuat suasana hati ikut terganggu, bahkan saat di luar lingkungan kerja. Jika semuanya hanya dipendam sendiri, hal tersebut berisiko menjadi ‘bom waktu’ yang hanya menunggu momen untuk ‘meledak’ dan mengacaukan produktivitas serta kondisi kesehatan mental Anda.
Sebelum hal itu terjadi, kita dapat mencari bantuan dari seseorang yang dapat mendengarkan tanpa menghakimi, sekaligus membantu kita melihat situasi dengan lebih jernih. Di sini lah workplace counselor berperan sebagai katalisator yang mendorong terciptanya budaya kerja yang peduli, sekaligus membantu karyawan mengelola masalah pribadi maupun tantangan kerja agar tidak menghambat performa dan kesejahteraan.
Apa itu workplace counselor, apa saja tugasnya, dan skill penting apa saja yang penting untuk dimiliki? Simak penjelasannya selengkapnya dalam artikel ini.
Pengertian Workplace Counselor
Workplace counseling hadir sebagai sarana atau fasilitas yang membantu pekerja menghadapi berbagai kesulitan, seperti tekanan pekerjaan, ketidakpuasan dalam hidup, hingga perasaan kehilangan arah dan tujuan. Melalui konseling, karyawan dapat memahami bagaimana pekerjaan memengaruhi kehidupan pribadi mereka, dan sebaliknya, bagaimana kondisi pribadi dapat berdampak pada performa kerja.
Jika workplace counseling adalah prosesnya, workplace counselor adalah sosok yang bertugas menjalankannya. Seorang workplace counselor pada dasarnya tidak hanya membantu karyawan mengatasi persoalan pribadi maupun pekerjaan, tetapi juga berperan strategis dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan dengan mengungkap faktor-faktor tersembunyi yang mungkin mengganggu suasana kerja, sehingga dapat mencegah terciptanya lingkungan kerja yang tidak sehat.
Tugas Workplace Counselor
Secara umum, tugas utama workplace counselor dapat dirangkum dalam empat hal berikut ini:
-
Membantu Karyawan Memahami Masalah dan Diri Sendiri
Workplace counselor bertugas mendampingi karyawan dalam memahami masalah yang mereka hadapi sekaligus membantu mereka mengenali diri sendiri dengan lebih baik. Topik yang dapat dikonsultasikan pun beragam, mulai dari stres akibat jam kerja yang panjang dan beban kerja berlebih, konflik dengan pasangan atau orang tua, hingga persoalan pribadi lain yang memengaruhi produktivitas serta kesehatan mental di tempat kerja.
-
Mendukung Pengembangan Diri dan Potensi Karyawan
Wajar jika karyawan mengalami masa jenuh atau kehilangan motivasi dalam bekerja. Dalam situasi seperti ini, workplace counselor berperan membantu karyawan mengeksplorasi potensi diri dan peluang pengembangan yang ada sehingga mereka tidak merasa terjebak (stuck) di tempat kerja dan tetap memiliki semangat untuk berkembang.
-
Menciptakan Lingkungan Kerja yang Sehat dan Peduli
Peran workplace counselor tidak berhenti pada menangani kasus individual, melainkan juga mendorong perbaikan dinamika organisasi secara keseluruhan. Dengan membantu karyawan mengelola stres, menyelesaikan konflik, dan meningkatkan komunikasi, workplace counselor berkontribusi dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat, harmonis, dan penuh kepedulian. Lingkungan semacam ini pada akhirnya mendukung produktivitas sekaligus meningkatkan kesejahteraan organisasi secara menyeluruh.
-
Memberikan Rujukan Lanjutan Jika Diperlukan
Meski workplace counselor terlatih untuk menangani berbagai persoalan, kemampuan mereka tetap memiliki batas. Mereka tidak dapat memberikan diagnosis maupun intervensi khusus terkait gangguan mental. Jika permasalahan yang dihadapi karyawan sudah mengarah pada kondisi yang lebih serius, maka workplace counselor akan memberikan rujukan lanjutan kepada psikolog atau psikiater agar karyawan mendapatkan pertolongan yang tepat.
Keterampilan Penting Workplace Counselor
Menjadi seorang workplace counselor tidak hanya sekadar mendengarkan keluhan atau ‘curhat’ dari karyawan. Terdapat sejumlah keterampilan penting yang perlu dimiliki agar peran ini dapat dijalankan secara efektif. Beberapa di antaranya adalah:
-
Mendengar Secara Aktif dan Berempati
Mendengarkan secara aktif berarti fokus penuh pada apa yang dikatakan karyawan, memperhatikan bahasa verbal maupun non-verbal, dan memberikan umpan balik yang tepat. Selain sekadar mendengar, workplace counselor juga memahami perasaan dan perspektif karyawan tanpa menghakimi.
-
Mengidentifikasi Akar Masalah dan Potensi Solusi
Seorang workplace counselor diharapkan mampu menggali informasi secara menyeluruh untuk memahami permasalahan dari perspektif yang lebih luas. Tidak mendikte, workplace counselor hanya membantu memetakan berbagai opsi solusi sehingga karyawan dapat memilih langkah terbaik sesuai kebutuhannya.
-
Komunikasi Interpersonal
Mengingat konseling merupakan proses komunikasi, maka workplace counselor perlu menguasai berbagai komunikasi interpersonal yang efektif, termasuk menggunakan teknik bertanya yang membuat karyawan merasa nyaman untuk terbuka. Selain itu, workplace counselor juga harus peka terhadap perbedaan budaya dan latar belakang agar menghindari miskomunikasi.
-
Menjaga kerahasiaan
Beberapa karyawan mungkin ragu untuk mengikuti konseling karena khawatir informasi dan rahasia mereka akan tersebar. Oleh karena itu, workplace counselor harus menekankan pentingnya kerahasiaan, termasuk menjaga data dan informasi selama proses konseling, sehingga karyawan merasa aman dan percaya untuk terbuka.
Tertarik Menjadi Workplace Counselor?
Menjadi workplace counselor di internal organisasi menawarkan posisi unik, di mana Anda lebih memahami kultur dan dinamika organisasi, lebih dekat dengan karyawan, serta dapat mendeteksi masalah tersembunyi yang mungkin tidak terlihat oleh pihak luar.
Siapa pun berkesempatan untuk menjadi workplace counselor dengan mengikuti pelatihan dan mendapatkan sertifikasi yang tidak membatasi latar belakang pendidikan tertentu. Jika Anda tertarik mengembangkan kemampuan ini, LPTUI secara rutin menyelenggarakan Workplace Counselor Certification Program. Klik laman website kami di sini untuk mendapatkan jadwal dan informasi selengkapnya.
Referensi:
Cheng, F. K. (2012). Workplace counseling in Hong Kong: a pilot study. Journal of International Social Issues, 1(1), 87-105.